BADAK BERCULA SATU(JAWA)

Selasa, 20 April 2010

badak bercula satu

Jenis-jenis badak ada 5 jenis badak yang ada di bumi

yakni:
1. Badak afrika putih
2. Badak afrika hitam
3. Badak india
4. Badak sumatra
5. Badak jawa

Badak Sumatera memiliki dua buah cula yang bisa mencapai panjang 80cm di bagian depan dan 20 cm di bagian belakang. Tinggi badan 140 cm dan panjang mencapai 3 meter. Badak Sumatera dapat dijumpai di pulau Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) atau sering juga disebut badak kerbau. Badak ini (Dicerprhinus harrissoni) juga dapat ditemukan di kawasan hutan di Kalimantan timur.

Badak india (Rhinoceros unicornis) memiliki satu cula yang panjangnya mencapai 60 cm. Tinggi badan 170 cm, dan panjang 3,8 meter. Badak ini hidup di anak benua bagian selatan.

Badak afrika putih (Cerathotherium simum) adalah badak paling besar dengan tinggi badan 1,8 meter dan panjangnya bisa mencapai 5 meter, memiliki dua buah cula. Cula depan bisa mencapai 137 cm panjangnya dan cula kedua panjangnya bisa mencapai 60 cm.

Badak afrika hitam atau Dicerros bicornis tingginya bisa mencapai 1,6 meter dan panjangnya 4 meter. Memiliki dua buah cula yang panjuangnya bisa mencapai 70cm di depan dan 50 cm di belakang.

Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) yang sering disebut badak bercula satu adalah jenis badak yang paling kecil dengan tinggi badan 140 cm, dan panjangnya 3 meter. Memiliki satu cula dengan panjang mencapai 30 cm.

Badak Jawa

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah salah satu spesies terlangka di dunia dengan perkiraan jumlah populasi tak lebih dari 50 individu di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), dan sekitar lima individu di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam (2000). Badak Jawa juga adalah spesies badak yamg paling langka diantara lima spesies badak yang ada di dunia dan masuk dalam Daftar Merah badan konservasi dunia IUCN, yaitu dalam kategori sangat terancam atau critically endangered.

Sejak tahun 1962, WWF telah memulai penelitian terhadap populasi Badak Jawa di Ujung Kulon dengan dukungan ahli Dr. Rudolph Schenkel. Saat ini penelitian tentang Badak Jawa masih terus dilakukan dan diarahkan untuk memperoleh informasi penting tentang pola perilaku, distribusi, migrasi, populasi, sex ratio, dan keragaman genetik.

Selain dari penelitian dan dukungan terhadap patroli anti perburuan Badak Jawa , WWF-Indonesia di Taman Nasional Ujung Kulon juga memfokuskan kegiatannya pada upaya manajemen habitat dengan harapan habitat yang terjaga akan dapat mempertahankan populasi yang tersisa. Upaya-upaya ini termasuk menurunkan ancaman kegiatan illegal seperti perambahan dan perburuan, mengurangi tumbuhnya spesies tanaman pengganggu (Arenga spp) dan kompetisi lahan antara badak dengan banteng (Bos javanicus), serta meningkatkan ketersediaan tumbuhan pakan badak.


Ciri-ciri Fisik Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)

  • Umumnya memiliki warna tubuh abu-abu kehitam-hitaman.
  • Hanya memiliki satu cula, dengan panjang sekitar 25 cm namun ada kemungkinan tidak tumbuh atau sangat kecil sekali pada betina.
  • Berat badan seekor Badak Jawa dapat mencapai 900 - 2300 kg dengan panjang tubuh sekitar 2 - 4 m.
  • Tingginya bisa mencapai hampir 1,7 m.
  • Kulitnya memiliki semacam lipatan sehingga tampak seperti memakai tameng baja.
  • Memiliki rupa mirip dengan badak India namun tubuh dan kepalanya lebih kecil dengan jumlah lipatan lebih sedikit.
  • Bibir atas lebih menonjol sehingga bisa digunakan untuk meraih makanan dan memasukannya ke dalam mulut.

Sifat

Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Mereka terkadang akan berkerumun pada kelompok kecil di tempat mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak; aktivitas itu membuat mereka dapat menjaga suhu tubuh dan membantu mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan lebih suka menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya untuk memperbesar. Tempat mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari garam. Wilayahi jantan lebih besar dibandingkan betina dengan besar wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan lebih besar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui apakah terdapat pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang dibuat oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan untuk komunikasi. Anggota spesies badak lainnya memiliki kebiasaan khas membuang air besar pada tumpukan kotoran badak besar dan lalu menggoreskan kaki belakangnya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang air besar di tumpukan, tidak melakukan goresan. Adaptasi sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, metode ini mungkin tidak berguna untuk menyebar bau.[25]

Badak jawa memiliki lebih sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa tidak memiliki musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit untuk meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu dekat dengan badak jawa, badak itu akan menjadi agresif dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah lebih berkelompok.[9]

Habitat badak jawa (BERCULA SATU)

Habitat terakhir badak jawa(badak bercula satu) ada di Taman Nasional Ujung Kulon, populasi tinggal 56 ekor. Statusnya terancam punah. Sejak tahun 1932 badak jawa ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi.

Dahulu badak jawa dapat ditemukan di timur laut India, Birma, Muang thai, Indocina, Malaysia, Sumatera dan Jawa.

MAKANAN

Makanan kesukaan daun-daunan dari pohon perdu dan rantingnya, dan kulit kayu.

Badak jawa mencari makan pada siang maupun malam hari, dengan daerah jelajah di dataran rendah, tanah rerumputan, semak belukar, rawa, hingga ke puncak gunung.

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir besar. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kelompok terkadang dapat berkumpul di dekat kubangan dan tempat mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung alam jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan adanya bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa lebih sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

BADAK JAWA(BERCULA SATU)

Badak jawa atau javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus) adalah binatang terbesar di Jawa. Beratnya bisa mencapai 1,5 ton, berkulit pucat. Badak Jawa pernah tersebar di hampir seluruh wilayah gunung di Jawa Barat, seperti gunung Gede-Pangrango, Gunung salak, Gn. Tangkuban Perahu dan gunun Ciremei.

Nama sebutan Badak Jawa agaknya kurang tepat karena distribusi alaminya, sejauh yang bisa dipastikan, pernah mencapai kawasan Sungai Brahmaputra di Bangladesh sampai Vietnam serta ke sebelah barat daya Cina, dan deskripsi badak pertama berasal dari spesimen yang ditemukan di Sumatera. Distribusi aslinya secara menyeluruh tidak akan pernah dapat diketahui, karena pada suatu waktu yang berbeda dan pada suatu tempat yang berbeda badak Jawa ini pernah dikacaukan dengan badak Sumatera Dicerorhinus sumatrensis dan badak India/bercula satu Rhinoceros unicornis.

Dulu badak ini hanya dikenal dan bagian selatan Jawa Barat dan dari Gn. Slamet di Jawa Tengah, meskipun fosil yang masih ada ditemukan di sebelah utara Yogyakarta. Ketika Junghuhn mendaki Gn. Pangrango pada tahun 1839 (pendakian pertama yang tercatat dilakukan oleh orang Eropa) ia mengejutkan dua badak Jawa di dekat puncak gunung, seekor sedang berendam di suatu sungai kecil dan yang lain sedang merumput di pinggir sungai (Junghuhn 1854). Beberapa jalan setapak di beberapa gunung mengikuti bekas jejak badak, dan jalur-jalur di gunung-gunung yang ada dijawa mungkin merupakan sisa terakhir dari kehadiran binatang besar ini.

Dua belas ekor badak Jawa terakhir yang terdapat di Sumatera telah ditembak oleh pemburu-pemburu Belanda antara tahun 1925-1930, dan setelah itu seekor lagi ditembak di Karangnunggal (Tasikmalaya) pada tahun 1934.

Sampai akhir abad ke-19 penduduk kota Bandung masih bisa menyaksikan adanya badak jawa, mereka menyebutnya badak priangan. Tidak mengherankan bila di Bandung ada daerah yang bernama Rancabadak. Namun pada tahun 1895 seorang pemburu Belanda menembak mati badak jawa tidak jauh dari kota Bandung, itulah badak jawa terakhir di kota Bandung.

Orang percaya bahwa sisa populasi badak Jawa sekarang hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon, tempat keberadaannya pertama dilaporkan pada tahun 1861. Meskipun demikian, pada tahun 1989, sepuluh ekor badak jawa ditemukan bertahan hidup di sepanjang sungai Dong Nai di bagian selatan Vietnam.

Badak Jawa adalah pemakan tunas dan rerumputan. Badak memakan daun-daun muda, tunas-tunas dan ranting-ranting yang tumbuh di permukaan tanah. Jika makanan ini tidak dapat dijangkau karena terlalu tinggi, maka badak akan berusaha mematahkan batangnya dengan cara menabrakkan dirinya pada batang tersebut, atau dengan cara menghancurkan batang dengan giginya.

Ada lebih dari 150 jenis tumbuhan yang diidentifikasi sebagai makanan badak, dan kemungkinan besar semua jenis tumbuhan tersebut yang dapat dicapai dan ukurannya sesuai akan dimakan. Badak memakan makanannya di berbagai tipe vegetasi, meskipun kebanyakan dilakukan di tempat-tempat yang tidak terlindung, misalnya, di antara pepohonan yang roboh atau di padang semak-belukar tanpa pepohonan.

Badak jawa memiliki satu cula yang terletak di ujung hidungnya. Indra penciuman dan pendengarannya sangat tajam, tetapi badak jawa memiliki penglihatan yang kurang baik (rabun dekat). Badak Jawa melahirkan setiap 3-5 tahun sekali. Lama mengandung 16 bulan, umumnya melahirkan satu ekor anak saja dan dipelihara induknya hingga umur 2 tahun, setelah dewasa anak tersebut meninggalkan induknya. Usia badak jawa bisa mencapai hingga 50 tahun.

Keragaman makanan badak mungkin merupakan tanggapan terhadap kebutuhan untuk membatasi atau mencegah racun yang masuk, memaksimalkan kandungan mineral tertentu, serta menanggulangi kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh keragaman musim. Karena hampir semua catatan tanaman pangan berasal dari observasi tidak langsung, maka sangat relevan untuk memperhatikan bahwa kerusakan pada batang-batang pohon yang umum dilakukan oleh badak dapat juga disebabkan oleh banteng dan rusa.

Badak adalah salah satu mamalia purba yang masih hidup. Nenek moyang badak jawa Baluchitherium, telah hidup 50 juta tahun yang lalu, sejak jaman Erasia. Badak Jawa masih satu kerabat dengan kuda dan keledai, yakni hewan yang memiliki kuku ganjil.

Cula badak adalah evolusi dari rambut badak yang bersatu dan mengeras. Sejak jaman dahulu manusia memburu badak hanya untuk mendapatkan culanya. Konon cula badak dijadikan ramuan obat-obatan atau jadi barang kerajinan seni berharga.

Populasi Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus)

Di Indonesia, Badak Jawa dahulu diperkirakan tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa. Di Sumatera saat itu badak bercula satu ini tersebar di Aceh sampai Lampung. Di Pulau Jawa, badak Jawa pernah tersebar luas diseluruh Jawa.

Badak Jawa kini hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUT), Banten. Selain di Indonesia Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus) juga terdapat di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Individu terakhir yang di luar TNUT, ditemukan ditembak oleh pemburu di Tasikmalaya pada tahun 1934. Sekarang specimennya disimpan di Museum Zoologi Bogor.

Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Berdasarkan sensus populasi Badak Jawa yang dilaksanakan oleh Balai TNUK, WWF – IP dan YMR pada tahun 2001 memperkirakan jumlah populasi badak di Ujung Kulon berkisar antara 50 – 60 ekor. Sensus terakhir yang dilaksanakan Balai TN Ujung Kulon tahun 2006 diperkirakan kisaran jumlah populasi badak Jawa adalah 20 – 27 ekor. Sedangkan populasi di di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam, diperkirakan hanya 8 ekor (2007).

Populasi Badak bercula satu (Badak Jawa) yang hanya 30-an ekor ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan populasi saudaranya, Badak Sumatera yang diperkirakan berkisar antara 215 -319 ekor. Juga jauh lebih sedikit ketimbang populasi satwa lainnya seperti Harimau Sumatera (400-500 ekor), Elang Jawa (600-an ekor), Anoa (5000 ekor).

Populasi Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus)

Di Indonesia, Badak Jawa dahulu diperkirakan tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa. Di Sumatera saat itu badak bercula satu ini tersebar di Aceh sampai Lampung. Di Pulau Jawa, badak Jawa pernah tersebar luas diseluruh Jawa.

Badak Jawa kini hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUT), Banten. Selain di Indonesia Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus) juga terdapat di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Individu terakhir yang di luar TNUT, ditemukan ditembak oleh pemburu di Tasikmalaya pada tahun 1934. Sekarang specimennya disimpan di Museum Zoologi Bogor.

Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Berdasarkan sensus populasi Badak Jawa yang dilaksanakan oleh Balai TNUK, WWF – IP dan YMR pada tahun 2001 memperkirakan jumlah populasi badak di Ujung Kulon berkisar antara 50 – 60 ekor. Sensus terakhir yang dilaksanakan Balai TN Ujung Kulon tahun 2006 diperkirakan kisaran jumlah populasi badak Jawa adalah 20 – 27 ekor. Sedangkan populasi di di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam, diperkirakan hanya 8 ekor (2007).

Populasi Badak bercula satu (Badak Jawa) yang hanya 30-an ekor ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan populasi saudaranya, Badak Sumatera yang diperkirakan berkisar antara 215 -319 ekor. Juga jauh lebih sedikit ketimbang populasi satwa lainnya seperti Harimau Sumatera (400-500 ekor), Elang Jawa (600-an ekor), Anoa (5000 ekor).